fashion gaun


Sentuhan Etnik Modern Di Fashion Exploration 2009

etmod1
etmod2

Begitu banyak keragaman budaya Indonesia yang bisa kita gali. Salah satu caranya adalah dengan menuangkannya dalam rancangan busana. Seperti yang dilakukan ke-58 desainer Asosiasi Perancang Pengusaha Mode Indonesia (APPMI) di acara Fashion Exploration 2009 yang berlangsung selama dua hari lalu (3-4 Desember).
Sesuai dengan temanya “Overture In Harmony”, para undangan yang memadati area Cendrawasih Room Jakarta Convention Center seakan diingatkan, bahwa Indonesia sangat kaya akan nilai budaya dan ragam hias tradisional yang patut kita lestarikan.
Konsep etnik modern dihadirkan 11 desainer APPMI dalam rancangan yang memadukan budaya tradisional Indonesia dengan unsur budaya lainnya, sehingga tercipta suatu karya multikultural yang lebih modern.
Susan Zhuang, dengan tema rancangan “Maharani Allure” mengangkat ragam hias yang terdapat pada bangunan candi Hindu dan Budha, yang sering digunakan sebagai hiasan busana raja, ratu dan dewa.
Perpaduan lebih dari satu budaya ditampilkan Lia Mustafa dalam rancangannya yang berjudul “The Legend of Samurai”. Busana khas samurai dari Jepang dipadukannya dengan unsure budaya Cina, Arab dan Melayu lewat motif songket, tenun Kalimantan dan batik Tumpal.
Begitu juga dengan Jenij Tedjasukmana yang memasukkan unsur budaya Mesir, Yunani dan Roma dalam tema “Ancient Glory”. Percampuran budaya Barat dan Timur yang bertolak belakang dihadirkan Marga Alam lewat rancangan kebaya yang dikombinasikan dengan bentuk rok, celana dan ball gown. Unsur tradisional terlihat dari garis-garis kebaya yang khas dengan bentuk tangan yang ketat dan kancing buka depan dari daerah Jawa, Sunda serta Sumatra. Tak lupa, untuk menampilkan kemewahan, Marga menambahkan detail kristal Swarovsky, manik-manik dan payet di atas bahan tulle, lace dan Silk Italy.
“Whisper from the East” yang dipersembahkan Harry Lam mengangkat eksotisme negara-negara Timur seperti Arab dan India yang dipadukan dengan budaya Indonesia. Siluet kebaya A-line dan mermaid tampak cantik berpadu dengan detail bordir, payet dan kristal dalam balutan warna padang pasir seperti putih, gading, khaki, coklat tanah, merah bata dan hijau daun.
Berbeda dengan kelima desainer tersebut di atas, dua desainer kenamaan Indonesia Anne Vantie dan Zainal Songket tetap mengusung keindahan asli budaya Nusantara lewat garis rancangan khasnya. Anne, setia dengan kebayanya yang mewah dan elegan bak putri keraton. Kali ini, desainer asal Semarang itu mengusung tema “Penari”, dimana keanggunan, kelembutan dan gerak gemulai seorang penari tergambar lewat selendang panjang dan simpul lereng. Budaya Kudus dan kain lurik menjadi benang merah 15 rancangannya.
Sementara Zainal mengangkat tema Kembang Dadar Tele yang terinspirasi dari legenda “Puteri Kembang Dadar”, dimana masyarakat Sumatera Selatan menggambarkan puteri ini sangat cantik dan anggun dengan busana bak bidadari dan selendang panjang melayang nan mewah.Tak lupa, Zainal juga menggunakan bahan motif songket sebagai ciri khas rancangannya.
Ferry Daud menampilkan kecantikan khas perempuan Indonesia dengan koleksi busana kebayanya yang mewah dalam tema “Natural Beauty”. Romantisme ditawarkan Adhyadma lewat rancangan gaun cocktail yang didominasi warna ungu.
etmod3
Gambaran hidup masa lalu, Parenity, dituturkan Ninik Darmawan lewat busana bersiluet simple yang diberi detail aneka pernik dan logam di atas bahan tenun ATBM berwarna natural. Sementara Afif Syakur, menampilkan busana casual, semi cocktail dan evening gown yang mampu mencerminkan kehidupan masyarakat urban yang tak mengenal waktu siang maupun malam serta aktifitas yang menuntut serba praktis. Karena itu, rancangannya pun tak terlalu rumit dan banyak detail namun terlihat feminin, seperti busana kaftan, one shoulder, flowing dress, layering dress dan skinny pants.
etmod4
etmod6